Ruhana Kuddus jurnalis perempuan pertama di Indonesia. Ruhana Kuddus resmi ditetapkan menjadi pahlawan nasional pada tahun 2019. Hal ini berdasarkan pertemuan antara Dewan Gelar, Tanda Jasa dan Tanda Kehormatan dengan Presiden Joko Widodo Rabu (6/11/19).
Ruhana Kuddus lahir pada tanggal 20 Desember 1884 di kota Gadang, kecamatan Ampek Koto, Kabupaten Agam, Sumatera Barat. dan wafat pada tanggal 17 Agustus 1972 di Jakarta.
Ayahnya bernama Mohammad Rasjad Maharadja Soetan dan Ibunya bernama Kiam. Ruhana adalah kakak tiri dari Soetan Syahrir Perdana Menteri Indonesia yang pertama, dan juga bibi dari penyair terkenal Chairil Anwar, serta sepupu dari KH Agus Salim.
Sejak kecil Ruhana mampu berbicara dan menulis dalam bahasa Melayu dan Belanda karena ia tumbuh di lingkungan berpendidikan.
Tahun 1908, ruhana menikah dengan Abdoel Koedoes, seorang notaris, penulis, dan aktivis pergerakan. Bersama suaminya ruhana semakin bersemangat belajar dan mendidik kaum perempuan kota Gadang.
Namun, apa yang dilakukan oleh Ruhana itu justru dianggap telah merusak budi pekerti perempuan kota Gadang kala itu.
Ketika berusia 27 tahun, Ruhana memimpin sebuah pertemuan yang dihadiri oleh 60 perempuan, empat orang ninik-mamak dan ulama. Pertemuan tersebut menyepakati dibentuknya “Perkumpulan Keradjinan (PK) Amai Satia” yang bertujuan untuk memajukan perempuan Kota Gadang dalam berbagai aspek kehidupan.
Ruhana menjadi penulis tetap pada sebuah surat kabar perempuan dan sempat menjadi Pemimpin Redaksi Sunting Melayu. Hal ini membuat namanya tercatat dalam sejarah sebagai perempuan pertama Indonesia yang memimpin surat kabar.
Dalam sejarah penulisannya Ruhana tidak hanya membahas tentang nasib perempuan di tanah Melayu, tetapi juga di belahan negara lainnya di dunia. Perjuangan Ruhana diakui bukan hanya untuk perempuan Minang tapi juga untuk semua perempuan Indonesia.