Latar Belakang dan Sejarah Singkat
Indonesia dikenal sebagai negara dengan jumlah penduduk Muslim terbesar di dunia. Di balik keberagaman praktik keislaman yang ada, berdirilah dua organisasi massa (ormas) keagamaan terbesar, yaitu Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah.
Kedua ormas ini didirikan oleh dua tokoh besar yang memiliki persahabatan yang kuat, yakni KH Hasyim Asy’ari dan KH Ahmad Dahlan. Meskipun memiliki perbedaan dalam pendekatan dakwah, kedua tokoh ini menunjukkan bahwa persahabatan dan kerja sama dapat melampaui perbedaan ideologis.
KH Hasyim Asy’ari: Pendiri Nahdlatul Ulama
KH Hasyim Asy’ari lahir pada 14 Februari 1871 di Desa Gedang, Jombang, Jawa Timur. Beliau adalah seorang ulama besar yang mendirikan Nahdlatul Ulama (NU) pada 31 Januari 1926.
NU adalah organisasi yang berfokus pada pemeliharaan tradisi Islam ala Ahlussunnah wal Jama’ah (Aswaja) dan memiliki peran penting dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
KH Hasyim Asy’ari belajar di berbagai pesantren di Jawa dan menguasai berbagai disiplin ilmu agama Islam. Pesantren Tebuireng yang didirikannya menjadi salah satu pusat pendidikan Islam terkemuka di Indonesia.
KH Ahmad Dahlan: Pendiri Muhammadiyah
KH Ahmad Dahlan lahir pada 1 Agustus 1868 di Yogyakarta. Beliau mendirikan Muhammadiyah pada 18 November 1912 dengan tujuan untuk memurnikan ajaran Islam dari praktik-praktik yang dianggap bid’ah (inovasi dalam agama) dan menyelaraskannya dengan semangat modernitas. KH Ahmad Dahlan memperoleh pendidikan agama di Makkah dan mempelajari berbagai kitab klasik.
Dengan pengetahuannya, beliau berusaha mereformasi pendidikan Islam di Indonesia dan mendirikan sekolah-sekolah modern yang menggabungkan ilmu agama dan ilmu umum. Muhammadiyah juga berperan besar dalam bidang pendidikan dan sosial.
Persahabatan yang Menginspirasi
Meskipun KH Hasyim Asy’ari dan KH Ahmad Dahlan memiliki pandangan yang berbeda dalam beberapa aspek ajaran Islam, persahabatan mereka tetap kuat dan penuh saling menghormati.
Persahabatan ini dibangun atas dasar kecintaan terhadap Islam dan komitmen untuk memajukan umat. Mereka sering berdiskusi tentang berbagai isu keagamaan dan kebangsaan, menunjukkan bahwa perbedaan pandangan tidak harus menjadi penghalang untuk bekerja sama.
Misalnya, ketika KH Ahmad Dahlan mengunjungi Surabaya dan Yogyakarta, beliau sering mampir ke kediaman KH Hasyim Asy’ari untuk bertukar pikiran dan pandangan.
Kerjasama dalam Perjuangan Kemerdekaan
Kedua tokoh ini juga memiliki peran penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. NU dan Muhammadiyah, di bawah kepemimpinan mereka, aktif berpartisipasi dalam berbagai gerakan nasionalis melawan penjajahan. KH Hasyim Asy’ari dan KH Ahmad Dahlan sama-sama memahami bahwa persatuan umat Islam sangat penting dalam upaya mengusir penjajah dan mencapai kemerdekaan.
Misalnya, KH Hasyim Asy’ari mendukung fatwa jihad melawan penjajah pada tahun 1945, sementara Muhammadiyah di bawah KH Ahmad Dahlan juga turut serta dalam berbagai gerakan nasionalis dan pendidikan yang memperkuat kesadaran kebangsaan.
Warisan dan Pengaruh
Persahabatan KH Hasyim Asy’ari dan KH Ahmad Dahlan memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya toleransi dan kerja sama di tengah perbedaan. Hingga kini, NU dan Muhammadiyah terus berkembang sebagai dua ormas terbesar di Indonesia yang berperan aktif dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk pendidikan, sosial, dan politik.
Kedua organisasi ini sering kali bekerja sama dalam berbagai kegiatan sosial dan pendidikan, menunjukkan bahwa semangat persahabatan antara pendirinya masih terus hidup dan relevan.
Mereka mengajarkan bahwa perbedaan ideologis bukanlah penghalang untuk mencapai tujuan bersama yang lebih besar. Misalnya, program-program kolaboratif antara NU dan Muhammadiyah dalam bidang kesehatan, pendidikan, dan penanggulangan bencana menunjukkan bahwa kedua organisasi ini dapat bersatu untuk kepentingan bersama.
Kesimpulan
KH Hasyim Asy’ari dan KH Ahmad Dahlan adalah dua tokoh besar dalam sejarah Islam di Indonesia yang menunjukkan bahwa persahabatan dan kerja sama bisa terjalin meski ada perbedaan pandangan.
Melalui dedikasi dan komitmen mereka, NU dan Muhammadiyah menjadi pilar penting dalam perkembangan Islam dan masyarakat Indonesia. Warisan persahabatan mereka terus menginspirasi generasi penerus untuk bekerja sama dalam membangun bangsa yang lebih baik, adil, dan sejahtera.
Dengan saling menghormati dan bekerja sama, mereka membuktikan bahwa umat Islam di Indonesia dapat bersatu dan berperan dalam membangun negara yang harmonis dan maju.