Rabu Wekasan (Jawa: Rebo Wekasan) adalah tradisi ibadah yang dilaksanakan pada hari Rabu terakhir bulan Shafar, guna memohon perlindungan kepada Allah SWT dari berbagai macam malapetaka yang akan terjadi pada hari tersebut.
Tradisi ini sudah berlangsung secara turun-temurun di kalangan masyarakat Jawa, Sunda, Madura, dll.
Amalan yang dianjurkan :
- Sholat Sunnah 4 Rakaat
- Membaca Surah Yasin
- Menulis 7 ayat (perlindungan)
- Bersedekah
Anjuran serupa juga terdapat pada kitab: ”Al-Jawahir Al-Khams” karya Syeikh Muhammad bin Khathiruddin Al-‘Atthar (w. th 970 H), Hasyiyah As Sittin, dan kitab lainnya.
Dalam kitab-kitab tersebut disebutkan bahwa salah seorang Waliyullah yang telah mencapai maqam kasyaf (kedudukan tinggi dan sulit dimengerti orang lain) mengatakan bahwa dalam setiap tahun pada Rabu terakhir Bulan Shafar, Allah SWT menurunkan 320.000 (tiga ratus dua puluh ribu) macam bala’ dalam satu malam.
Oleh karena itu, beliau menyarankan Umat Islam untuk shalat dan berdoa memohon agar dihindarkan dari bala’ tersebut.
Tata Cara Sholat Sunnah 4 Rakaat
Melakukan sholat sunnah 4 rakaat dengan satu kali salam. Pada setiap rakaatnya, setelah membaca Al-Fatihah, dilanjutkan dengan membaca:
Surat Al-Kautsar (17x)
Surat Al-Ikhlas (5x)
Surat Al-Falaq (1x)
Surat An-Naas (1x)
Niatnya:
أُصَلِّي أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ سُنَّةٌ لِلَّهِ تَعَالَى
“Saya niat sholat 4 rakaat karena Allah Ta’ala”
Setelah selesai sholat, membaca doa:
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
وَصَلَّى اللهُ تَعَالَى عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ
اللّٰهُمَّ يَا شَدِيْدَ الْقُوَى، وَيَا شَدِيْدَ الْمِحَالِ، يَا عَزِيْزُ، ذَلَّتْ لِعِزَّتِكَ جَمِيْعُ خَلْقِكَ. اِكْفِنَا مِنْ جَمِيْعِ خَلْقِكَ. يَا مُحْسِنُ، يَا مُجَمِّلُ، يَا مُتَفَضِّلُ، يَا مُنْعِمُ، يَا مُكْرِمُ، يَا مَنْ لَآ إِلٰهَ إِلَّا أَنْتَ، بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
اللّٰهُمَّ بِسِرِّ الْحَسَنِ وَأَخِيْهِ، وَجَدِّهِ وَأَبِيْهِ، اِكْفِنَا شَرَّ هٰذَا الْيَوْمِ، وَمَا يَنْزِلُ فِيْهِ، يَا كَافِيْ، فَسَيَكْفِيْكَهُمُ اللهُ وَهُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. وَحَسْبُنَا اللهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ. وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ. وَصَلَّى اللهُ تَعَالَى عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ
Catatan Penting:
Sholat ini harus diniati sholat sunnah mutlaq atau sholat sunnah tolak bala.
Tidak boleh diniati sholat Rebo Wekasan atau sholat khusus Bulan Shofar, karena tidak ditemukan dalil shahih yang mengkhususkan pelaksanaan sholat ini.
Tata Cara Membaca Yasin
Ketika sampai pada ayat ke-58, lafadz:
سَلَامٌ قَوْلًا مِّن رَّبِّ رَّحِيمٍ
Maka ayat tersebut dibaca berulang sebanyak 313 kali, lalu dilanjutkan lagi membaca ayat seterusnya sampai akhir surat Yasin.
Setelah selesai membaca Yasin, membaca doa:
بسمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
اللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَاةً تُنْجِيْنَا بِهَا مِنْ جَمِيْعِ الْأَهْوَالِ وَاْلآفَاتِ وَتَقْضِـيْ لَنَا بِهَا جَمِيْعَ الْحَاجَاتِ وَتُطَهِّرُنَا بِهَا مِنْ جَمِيْعِ السَّيِّئَاتِ وَتَرْفَعُنَا بِهَا عِنْدَكَ أَعْلَى الدَّرَجَاتِ وَتُبَلِّغُنَا بِهَا أَقْصَـى الْغَايَاتِ مِنْ جَمِيْعِ الْخَيْرَاتِ فِيْ الْحَيَاةِ وَبَعْدَ الْمَمَاتِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ. اللهم اصْرِفْ عَنَّا شَرَّ مَا يَنْزِلُ مِنَ السَّمَاءِ، وَمَا يَخْرُجُ مِنَ الْأَرْضِ، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ، وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Kemudian dilanjutkan membaca doa keselamatan dunia dan akhirat, yakni:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ مَعَ السَّلَامَةِ في الدِّينِ وَالدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ
Tradisi Rebo Wekasan memang bukan bagian dari Syariat Islam, akan tetapi merupakan tradisi yang positif, karena :
1. Menganjurkan shalat dan doa
2. Menganjurkan banyak bersedekah
3. Menghormati para wali yang mukasyafah (QS. Yunus : 62).
Karena itu, hukum ibadahnya sangat bergantung pada tujuan dan teknis pelaksanaan. Jika niat dan pelaksanaannya sesuai dengan ketentuan syariat, maka hukumnya boleh.
Tapi bila terjadi penyimpangan (baik dalam keyakinan maupun caranya), maka hukumya haram.
Bagi yang meyakini silahkan mengerjakan tapi harus sesuai aturan syariat, bagi yang tidak meyakini tidak perlu mencela atau mencaci-maki. (red-wh)