Bulan Rajab, Sya’ban, dan Ramadhan sering disimbolkan sebagai perjalanan ibadah kita. Sebagian ulama menyebutkan:
Rajab adalah bulan menanam, artinya kita mulai mempersiapkan hati dengan memperbanyak amal baik, seperti istighfar dan meninggalkan dosa.
Sya’ban adalah bulan menyiram, artinya kita memperbanyak amal seperti puasa sunnah, shalawat, dan kebaikan lainnya untuk menyuburkan hati kita.
Ramadhan adalah bulan memanen, artinya kita memetik hasil dari persiapan dan amal sebelumnya dengan meraih keberkahan, ampunan, dan pahala yang dilipatgandakan.
Ini adalah proses tazkiyatun nafs, membersihkan jiwa agar kita lebih dekat dengan Allah. Semoga kita bisa memanfaatkan tiga bulan ini dengan sebaik-baiknya.
Ungkapan bahwa bulan Rajab adalah bulan menanam, Sya’ban bulan menyiram, dan Ramadhan bulan memanen adalah kiasan yang digunakan oleh para ulama untuk menggambarkan proses spiritual seorang hamba dalam mendekatkan diri kepada Allah SWT, khususnya menjelang bulan Ramadhan. Berikut penjelasannya:
-
Bulan Rajab: Bulan Menanam
Rajab disebut sebagai bulan menanam karena di bulan ini seorang muslim memulai persiapan spiritual. Bulan Rajab adalah salah satu bulan haram (bulan yang dimuliakan), sehingga dianjurkan untuk memperbanyak taubat, istighfar, dan meninggalkan dosa. Ini seperti membersihkan lahan dan menanam benih amal saleh. Selain itu seorang muslim juga dianjurkan untuk memperbanyak amalan seperti shalat sunnah, sedekah, dan dzikir sebagai persiapan memasuki bulan yang lebih mulia.
-
Bulan Sya’ban: Bulan Menyiram
Sya’ban disebut sebagai bulan menyiram karena di bulan ini amal ibadah yang telah “ditanam” diperkuat dan dijaga agar terus tumbuh. Rasulullah SAW memperbanyak puasa di bulan Sya’ban (HR. Bukhari dan Muslim). Ini melatih diri agar lebih siap menyambut Ramadhan.
Ibadah yang telah dimulai di bulan Rajab dilanjutkan dan dijaga agar tidak layu atau berhenti di tengah jalan. Bulan Sya’ban menjadi momen untuk menyempurnakan kesiapan fisik dan mental menghadapi Ramadhan.
-
Bulan Ramadhan: Bulan Memanen
Ramadhan disebut sebagai bulan memanen karena di bulan ini seorang hamba memetik hasil dari persiapan di dua bulan sebelumnya. Keutamaan bulan Ramadhan adalah bulan penuh berkah, rahmat, dan ampunan. Ibadah yang dilakukan di bulan ini bernilai lipat ganda. Puasa, shalat tarawih, membaca Al-Qur’an, dan amalan lainnya di bulan Ramadhan menjadi puncak pengabdian seorang hamba.
Di akhir bulan Ramadhan, Allah SWT memberikan kesempatan untuk meraih Lailatul Qadar dan ampunan total bagi dosa-dosa yang telah lalu (HR. Bukhari dan Muslim).
Kesimpulan
Perumpamaan ini mengajarkan bahwa ibadah membutuhkan proses, persiapan, dan konsistensi. Rajab dan Sya’ban menjadi bulan latihan dan penyucian diri agar saat memasuki Ramadhan, seorang muslim bisa memaksimalkan amal ibadahnya dan meraih ridha Allah SWT.
Penjelasan Oleh : K. Abdul Halim
Ditulis kembali oleh : Nurul Wahidatul Hamidah.